TOHE, Ansar (2015) PERAN HIBUALAMO DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA. [Experiment] (Submitted)
PERAN HIBUALAMO DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA.pdf - Submitted Version
Available under License Creative Commons Attribution.
Download (6MB)
Abstract
Maluku Utara adalah salah satu wilayah yang memiliki latar belakang sosial budaya, ekonomi dan agama yang pluralis di bawah symbol" hibualamo maupun "adat seatoran" yang dijadikan obyek penelitian pembinaan kerukunan beragama pasca konflik sangat diharapkan tercipta kerukunan masyarakat dan agama dapat tercipta kembali seperti sedia kala yang hidup berdampingan antara pemeluk agama yang berbeda satu dengan lainnya. Agama dalam kaitan ini bukan pemicu konflik, karena isu agama itu muncul belakangan. Namun demikian isu agama tetap dijadikan sebagai legitimasi politik oleh pihak yang berkepentingan dan menginginkan Maluku Utara, khususnya Tobelo Halmahera Utara dalam keadaan tidak aman. Dan isu SARA (Suku,Agama, Ras Antar Golongan) sebagai penyebab pada waktu kerusuhan berlangsung pada tahun 1999/ 2000 di bumi Maluku Kieraha. Konflik antarumat beragama disebabkan oleh faktor keagamaan dan non keagamaan. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang menekankan pada penggunaan data lapangan. Data yang di peroleh bersumber dari gejala, fenomena dan realitas atau fakta sosial yang di lakukan langsung oleh peneliti dalam situasi apa adanya. Dengan menggunakan pendekatana Teologis yaitu pendekatan ini digunakan untuk melihat sisi persamaan dan perbedaan masing-masing doktrin agama dan pendekatan filosofis yaitu pendekatan ini gunukan untuk memahami ajaran agama lebih kritis dan rasional. Dalam filosofi Hibualamo terdapat lima unsur utama yang saling terkait dan tak dapat dilepas pisahkan satu dengan yang lainnya. Kelima unsur dimaksud adalah sebagai berikut: Pertama, O dora : dapat diartikan dengan (kasih), yakni kasih terhadap sesame manusia (antar individu) maupun antara individu dengan masyarakat. O dora memiliki makna mendalam sebagai dasar (foundation) hubungan saling mengasihi yang kental antar sesame dan juga diri sendiri, Kedua, O hayangi (bahasa Tobelo) dan O sayangi (bahasa Galela) maknanya sama dengan kata saying yang artinya masih dekat pula dengan O dora, akan tetapi O hayangi lebih dekat pada masalah tolong menolong, Ketiga, O baliara dapat diartikan dengan "pelihara" yang mengandung pengertian saling peduli, saling menopang/menunjang, saling melayani, dalam rangka menciptakan suasana kehidupan bersama yang makmur, aman dan damai, Keempat, O adili, artinya keadilan yang didalamnya mengandung makna kesetaraan derajat, harkat dan martabat, keseteraan hak dan kewajiban di depan aturan• aturan normatif yang diakui dan diterima sebagai hukum adat yang sangat dijunjung, dan Kelima, 0 diai, sama dengan kebenaran dan kejujuran yang erat kaitannya dengan O adili (keadilan). Norma yang diterima, disepakati dan dihargai sebagai "yang benar" merupakan criteria yang menata kehidupan masyarakat.
Kata Kunci : Hibualamo, Konflik, dan Umat Beragama
Item Type: | Experiment |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion B Philosophy. Psychology. Religion > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah > Ilmu al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | admin perpus |
Date Deposited: | 31 May 2023 07:34 |
Last Modified: | 07 Jun 2023 04:29 |
URI: | http://repository.iain-ternate.ac.id/id/eprint/270 |